Pada saat ini saya kan memposting
mengenai 4 Mandi Yang Disunnahkan. Silahkan
disimak dan semoga Bermanfaat.
Pertama : Mandi Pada Saat Hari Raya
Hari raya yang dimaksudkan adalah Idul
Fithri dan Idul Adha.
Riwayat dari ‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu,
سَأَلَ رَجُلٌ عَلِيًّا رَضِيَ
اللهُ عَنْهَ عَنِ الغُسْلِ قَالَ اِغْتَسِلْ كُلًّ يَوْمٍ إِنْ شِئْتَ فَقَالَ
لاَ الغُسْل الَّذِي هُوَ الغُسْلُ قَالَ يَوْمَ الجُُُمُعَةِ وَيَوْمَ عَرَفَةَ
وَيَوْمَ النَّحْرِ وَيَوْمَ الفِطْرِ
Seseorang pernah bertanya pada ‘Ali radhiyallahu ‘anhu mengenai
mandi. ‘Ali menjawab, “Mandilah
setiap hari jika kamu mau.” Orang tadi berkata, “Bukan. Maksudku, manakah mandi yang dianjurkan?” ‘Ali
menjawab, “Mandi
pada hari Jum’at, hari ‘Arofah, hari Idul Adha dan Idul Fithri.”
(HR. Al Baihaqi 3/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Lihat Al Irwa’ 1/177)
Riwayat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma,
عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ
بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى
الْمُصَلَّى
Dari Nafi’, (ia berkata bahwa)
‘Abdullah bin ‘Umar biasa mandi di hari Idul Fithri sebelum ia berangkat
pagi-pagi ke tanah lapang. (HR. Malik dalam Muwatho’ 426. An Nawawi menyatakan
bahwa atsar ini shahih
. Lihat AlMajmu’ 5/6.
Kedua : Mandi Ketika akan Ihram Pada saat haji atau Umrah
Hal ini berdasarkan hadits Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
أَنَّهُ رَأَى النَّبِىَّ -صلى الله
عليه وسلم- تَجَرَّدَ لإِهْلاَلِهِ وَاغْتَسَلَ
“Ia melihat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melepas pakaian beliau yang dijahit, lalu beliau mandi.”
Abu Isa At Tirmidzi berkata, “Ini merupakan hadits hasan gharib. Sebagian ulama
menyunahkan mandi pada waktu ihram. Ini juga pendapat Asy Syafi’i.” (HR.
Tirmidzi no. 830. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih) . Anjuran
untuk manda pada saat Ihrom ini adalah
pendapat mayoritas para ulama
Ketiga: Mandi Saat sadar dari Pingsan
Dianjurkannya hal ini
Berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhayang
cukup panjang.
Dari ‘Ubaidullah bin
‘Abdullah bin ‘Utbah berkata, “Aku masuk menemui ‘Aisyah aku lalu berkata
kepadanya, “Maukah
engkau menceritakan kepadaku tentang peristiwa yang pernah terjadi ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang sakit?” ‘Aisyah
menjawab, “Ya.
Pernah suatu hari ketika sakit Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam semakin berat,
beliau bertanya: “Apakah orang-orang sudah shalat?” Kami menjawab, “Belum, mereka masih menunggu
tuan.” Beliau pun bersabda, “Kalau begitu, bawakan aku air dalam bejana.” Maka kami
pun melaksanakan apa yang diminta beliau. Beliau lalu mandi, lalu berusaha
berdiri dan berangkat, namun beliau jatuh pingsan. Ketika sudah sadarkan diri,
beliau kembali bertanya, “Apakah
orang-orang sudah shalat?” Kami menjawab, “Belum wahai Rasulullah, mereka
masih menunggu tuan.” Kemudian beliau berkata lagi, “Bawakan aku air dalam bejana.”
Beliau lalu duduk dan mandi. Kemudian beliau berusaha untuk berdiri dan
berangkat, namun beliau jatuh pingsan lagi. Ketika sudah sadarkan diri kembali,
beliau berkata, “Apakah
orang-orang sudah shalat?” Kami menjawab lagi, “Belum wahai Rasulullah, mereka
masih menunggu tuan.” Kemudian beliau berkata lagi, “Bawakan aku air dalam bejana.”
Beliau lalu duduk dan mandi. Kemudian beliau berusaha untuk berdiri dan
berangkat, namun beliau jatuh dan pingsan lagi. Ketika sudah sadarkan diri,
beliau pun bersabda, “Apakah
orang-orang sudah shalat?” Saat itu orang-orang sudah menunggu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjid untuk Shalat ‘Isya di waktu yang akhir. (HR.
Bukhari no. 687 dan Muslim no. 418)
An Nawawi menjelaskan,
“Hadits ini
adalah dalil disunnahkannya untuk mandi setelah sadar dari pingsan. Jika
pingsan tersebut terjadi berulang kali, maka mandi pun dianjurkan berulang
kali. Namun jika ia baru mandi setelah beberapa kali pingsan, maka itu pun
boleh dengan cukup sekali mandi.”
Ke empat: Mandi
ketika Akan Memasuki Mekkah
Hal ini dianjurkan berdasarkan hadits
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma.
Nafi’ berkata,
أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ
لاَ يَقْدَمُ مَكَّةَ إِلاَّ بَاتَ بِذِى طَوًى حَتَّى يُصْبِحَ وَيَغْتَسِلَ
ثُمَّ يَدْخُلُ مَكَّةَ نَهَارًا وَيَذْكُرُ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-
أَنَّهُ فَعَلَهُ.
“Ibnu Umar tidak pernah memasuki
kota Makkah kecuali ia bermalam terlebih dahulu di Dzi Thuwa sampai waktu pagi
datang. Setelah itu, ia mandi dan baru memasuki kota Makkah pada siang harinya.
Ia menyebutkan bahwa hal tersebut dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa
beliau melakukannya.” (HR. Muslim no. 1259)
An Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa ulama Syafi’iyah
mengatakan, “Mandi ketika memasuki Mekkah adalah mandi yang disunnahkan. Jika
tidak mampu melakukannya, maka diperkenankan dengan tayamum.”
Sebagaimana dinukil
oleh Ibnu Hajar rahimahullah, Ibnul
Mundzir mengatakan, “Mandi ketika memasuki Mekkah disunnahkan menurut
kebanyakan ulama. Jika tidak dilakukan, tidak dikenai fidyah ketika itu.
Kebanyakan ulama mengatakan bahwa mandi ketika itu bisa pula diganti dengan
wudhu.”
Sumber 1 : Lembar Dakwah Mu 'adz Edisi 6 Tahun ke II