1. Bentuk dan Jenis
Pada  galaksi spiral, jumlah bintang lebih banyak menumpuk di pusat galaksi  sedangkan pada “tangan-tangannya” jumlah bintangnya biasanya tidak  terlalu banyak. Tangan-tangan galaksi spiral biasanya lebih banyak  terdiri dari gumpalan-gumpalan gas serta debu kosmis yang merupakan  bahan untuk membentuk bintang-bintang baru dan tangan-tangan galaksi  spiral ini biasanya dominan berwarna biru terang atau ungu terang. Warna  ini menunjukkan sedang terjadi pembentukan banyak bintang-bintang baru.
Galaksi Bima Sakti  (Milky Way) tempat tata surya kita berada, berbentuk spiral dengan  ukuran rata-rata dan selalu membentuk sebuah bintang baru seukuran  matahari kita setiap tahun. Galaksi yang berbentuk elip tidak memiliki  banyak gas, ini berarti mereka jarang membentuk bintang-bintang baru.  Galaksi jenis ini umumnya berwarna agak merah yang berarti  bintang-bintang yang ada di dalamnya umumnya terdiri dari  bintang-bintang yang berumur tua. Galaksi yang berbentuk tak beraturan  umumnya berukuran lebih kecil dibanding galaksi spiral dan elip.
Seperti  juga bintang-bintang, galaksi-galaksi juga dipengaruhi oleh gaya  gravitasi sehingga mereka membentuk kumpulan-kumpulan galaksi (gugus  galaksi / cluster), seperti galaksi Bima Sakti kita (Milky Way) adalah  bagian dari sebuah gugus galaksi yang disebut Local Group. Penyebaran  galaksi-galaksi di alam semesta diamati pertama kali oleh Edwin P.  Hubble pada 1929. Hubble menemukan bahwa kebanyakan dari gugus-gugus  galaksi yang mengelilingi gugus galaksi kita (Local Group) bergerak  saling menjauh bahkan yang posisinya paling jauh ternyata bergerak  menjauh dengan lebih cepat. Dari pengamatan Hubble inilah para astronom  membuat kesimpulan bahwa alam semesta kita ini berproses mengembang.
2. Proses Pembentukan Bintang dan Galaksi
Proses  pembentukan sebuah bintang dimulai dari adanya sekumpulan debu kosmis  yang terdiri dari atom hydrogen, helium dan debu-debu kosmis lainnya  yang menjadi bahan baku pembuatan sebuah bintang. Sekumpulan debu kosmis  ini secara terus-menerus akan menarik partikel-partikel disekitarnya  sehingga secara bertahap ukurannya semakin membesar. Secara bersamaan  debu kosmis ini akan membentuk gaya gravitasi sehingga mereka saling  mengikat hingga benar-benar padat dan membentuk sebuah inti (calon inti  bintang). Karena semakin padat berlipat-lipat maka suhunya terus menerus  meningkat. Saat suhunya mencapai sekitar 10 juta derajat, mulai terjadi  reaksi nuklir dan calon inti bintang inipun menyala, ini berarti sebuah  bintang muda terbentuk. Debu kosmis yang menjadi bahan baku pembuatan  sebuah bintang itu berasal dari ledakan bintang-bintang raksasa yang  terbentuk setelah Big Bang. Jadi, bintang-bintang pertama yang terbentuk  setelah Big Bang adalah bintang-bintang berukuran raksasa. Setelah  menyala untuk kurun waktu tertentu, bintang-bintang ini akan meledak  (supernova), melontarkan semua materi di dalamnya ke alam semesta  sehingga alam semesta dipenuhi oleh debu-debu kosmis. Selanjutnya  debu-debu ini menggumpal di beberapa tempat, menjadi padat dan menyala,  berarti terbentuk kembali beberapa bintang baru yang ukurannnya lebih  kecil. Selanjutnya meledak kembali, membentuk bintang kembali, demikian  seterusnya sampai bintang-bintang yang terbentuk seukuran dengan  matahari kita. Untuk bintang yang seukuran matahari kita, proses  pembentukannya memerlukan waktu hingga kira-kira 500 juta tahun.
Sebagian  besar bintang termasuk matahari kita bersinar secara konstan selama  milyaran tahun. Sumber energinya adalah dari reaksi nuklir atom hydrogen  menjadi helium yang terjadi di inti bintang. Reaksi nuklir yang terus  menerus berlangsung ini membuat bintang-bintang tersebut (termasuk  matahari) akan membesar menjadi bintang merah berukuran raksasa (red  giant star), pada saat itulah bintang-bintang raksasa merah ini akan  muntahkan materi-materi yang terdapat di lapisan luarnya ke luar angkasa  secara bertahap dan meninggalkan inti bintang. Inti bintang yang telah  ditinggalkan oleh lapisan luarnya ini akan kehabisan bahan bakar  sehingga tidak dapat melakukan reaksi nuklir lagi. Mereka hanya akan  menjadi sebuah benda langit yang berwarna putih tetapi tidak memancarkan  sinar (white dwarf) dan lama kelamaan akan mati dan hilang.
Di  alam semesta termasuk juga di galaksi kita, masih banyak terdapat  bintang-bintang berukuran raksasa yang siap meledak (supernova) untuk  kemudian melahirkan bintang-bintang baru yang lebih kecil.
( Dari Berbagai Sumber)